Saturday, August 28, 2010

Arsitektur Niskala

Suatu sore yang mendung di sebuah kebun tempat menjual tanaman-tanaman aneh bin ajaib, yang di kebun itu sudah ada tiga pohon beringin yang besar-besar, akar udaranya sudah mulai bergelantungan bak rambut si Kunti ;), salah satu beringin dengan tinggi 10-15 meter dan sudah memiliki 6-7 cabang itu sudah laku dijual ke seorang bule yang bercita-cita membuatkan rumah pohon untuk tempat anak-anaknya bermain.

Sambil menunggu si Nyoman membuatkan daftar list dari tanaman-tanaman pesananku. Aku berkeliling menyusuri setiap sudut dari kebun itu dan tertarik melihat suatu kegiatan, ngoker tanaman ysng sudah cukup besar. Setelah basa-basi tentang hal-hal teknis dalam ngoker tanaman, pembicaraan berganti seiring langit terang yang menuju gelap dan semakin mencekam, karena obrolan terjadi tepat di bawah naungan pohon beringin yang paling besar, yang akar udaranya kadang melambai-lambai tertiup angin sore yang basah, yang cabang-cabangnya sudah mencapai ke kebun-kebun tetangga, mungkin diameternya sudah lebih dari 30 meter.

"Bli, aku masih nyari pohon Kepuh, pohon Kemenyan dan pohon Wijaya Kusuma, nyari dimana ya? Kemarin-kemarin udah nanam Bodhi, Ancak, Pule, Cendana dan Kepah. Ohya, kurang Beringin juga, tapi kalo Beringin masih gampang nyarinya." sergahku ke Komang, buruh yang biasa ngoker pohon-pohon besar di kebun milik keluarga si Nyoman.

"Hah? untuk apa nanam pohon begituan, tahu ajakan itu pohon-pohon yang biasanya cuma ada di kuburan-kuburan dan pura-pura orang Bali." cepat ia menjawab.

"Ya aku tahu. Emangnya kenapa?" heran sambil celingak-celinguk merhatiin si Komang dengan tangannya yang kekar mencoba menggali tanah disekeliling pohon Mundeh yang akan di pindah ke karung barunya.

"Pohon-pohon seperti itu cepat sekali 'isi'nya." lanjut si Komang.

"'Isi' apaan?" tambah heran dengan penjelasan si Komang yang mulai sok berfilsafat dan semakin abstrak itu.

"You know lah, wong samar !!" ledek si Komang, sambil cekikikan.

"Iya ya, secara tak sadar aku sudah membuatkan rumah untuk wong samar itu, daripada mejeng di tempat-tempat ga jelas, gangguin orang, mending ngaso di rumah sendiri, membangun keluarga yang lebih manusiawi, hahaha..." jelasku agak bercanda.

"Wah, betul juga ya. Ok deh, nanti saya carikan." jawab si Komang dengan semangat.

"Hmmm, teryata aku punya cara alternatif untuk berdamai dgn 'mereka', aku (juga) arsitek niskala. Bagi kita yang manusia ini mungkin hanya sekedar pohon-pohon raksasa, tapi bagi 'mereka' merupakan tempat tinggal yang paling ideal dan nyaman." dalam hatiku ;)

Lamunan terburai karena teriakan Nyoman yang ternyata kesulitan mencari posisiku dimana.

"Nih, listnya udah jadi. Setiap tanaman yang udah dipesen juga udah dibuatkan tag-nya. Total baru 23 jenis tanaman ya, karena stok dengan ukuran yang kecil-kecil tinggal itu aja. Untuk Kepuh, Asem Papua, Wijaya Kusuma dan Mangga Hitam masih waiting list ya. Harga teman tak kasih dua puluh lima ribu per bijinya deh, ok?" sergah Nyoman agak terburu-buru, mungkin ingin segera cepat pulang ke rumah, langit semakin hitam kelam memang.

"Ok..ok...masih dapat bonus ga, kayak dulu? hehehe..." candaku merayu.

"Ya ambil dah Sandat Bali-nya satu biji." sambil menambahkannya ke list, supaya si Komang tidak lupa mengelompokkan tanaman-tanaman yang sudah dipesan.

"Siiiip dah. H-3 Purnama aku ambil ya, mau segera di kirim ke Pekanbaru." janjiku.

"Biar sebelum purnama bisa ditanam, dan ikut berpesta pora bersama seluruh tanaman yang berada di wilayah naungan sinar punama, tentu juga 'isi'nya diundang untuk ikut dalam pesta itu ;)" harapku dalam hati.

Kerobokan, 20100823.

.y.

No comments:

Post a Comment