November 12th - 18th 2010, Backpacker format.
Kampung Wae Rebo adalah salah satu kampung asli orang Manggarai yang masih mempertahankan Rumah Adat berdenah lingkaran dan berbentuk kerucut (Mbaru Tembong dan Mbaru Niang) di pedalaman Flores Barat. Terletak di 1221 mdpl menyebabkan kampung ini berhawa dingin, pada saat-saat tertentu bertiup angin yang cukup kencang dan tertutupi oleh kabut-kabut yang cukup tebal. Untuk mencapai kampung ini pengunjung harus melewati jalan setapak di pegunungan dengan hutan hujan tropisnya yang lebat. Dari kampung terakhir yang memiliki akses kendaraan bermotor, kampung Wae Rebo dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama lebih kurang 4-5 jam.
Wae Rebo sedang diselimuti kabut.
Saat ini terdapat 4 buah rumah adat di Wae Rebo, yakni 1 buah Mbaru Tembong, dan 3 buah Mbaru Niang. Menurut para tetua adat, dahulu di Wae Rebo terdapat 7 buah rumah adat. 3 buah Mbaru Niang roboh karena dimakan usia dalam sepuluh tahun terakhir ini. Rumah adat di Wae Rebo merupakan rumah komunal, yakni rumah yang dihuni oleh banyak keluarga. Mbaru Tembong dihuni 8 (delapan) keluarga yang merupakan utusan langsung dari leluhur, sedang Mbaru Niang dihuni 6-7 keluarga yang merupakan warga biasa.
Suasana ruang dalam di Mbaru Tembong.
Secara umum pembagian ruang pada Mbaru Tembong dan Mbaru Niang adalah sama, hanya berbeda pada fungsi adat. Rumah adat ini berdenah lingkaran dengan satu buah tiang utama di tiang, sehingga secara keseluruhan membentuk kerucut. Atapnya juga sekaligus berfungsi sebagai dinding, berbahan ilalang dan ijuk. Sebagian besar rangka pembentuk rumah berupa kayu keras dan sebagai pengikat digunakan tali dari rotan yang banyak terdapat di hutan-hutan adat orang Wae Rebo. Denah berbentuk lingkaran itu dibagi menjadi dua, sebagian ruang untuk bilik (kamar) keluarga dan tungku untuk memasak, sebagian ruang dekat pintu masuk untuk ruang bersama. Di rumah adat ini hanya terdapat satu akses keluar-masuk, yakni berupa pintu dengan dua daun, terletak pada bagian paling depan.
Wae Lomba, pos 1, terdapat mata air, dahulu merupakan pasar dimana orang Wae Rebo dan orang pesisir melakukan jual beli dengan sistem barter.
Pocoroko, pos 2, satu-satunya tempat utk bisa menghubungi sanak saudara nan jauh disana, karena hanya disini terdapat sinyal handphone, hehe...
Bentuk lingkaran merupakan manifesti kalau orang Wae Rebo suka berkumpul melakukan musyawarah dan kegiatan bersama lainnya. Satu buah akses keluar-masuk untuk mempermudah pengawasan terhadap faktor keamanan bersama.
Sebagian besar warga Wae Rebo bermatapencaharian sebagai petani. Kampnung Wae Rebo dikelilingi oleh kebun-kebun yang sangat luas, terutama kopi yang dapat tumbuh subur walau tanp aperlakuan istimewa. Selain itu mereka mimiliki kebun jeruk, ubi talas, ubi singkong, labu, pepaya dan jenis buah dan sayuran lainnya.
Hasil kerajinan tangan warga Wae Rebo cukup sederhana yang dapat dipakai untuk membantu keseharian mereka sebagai petani, antara lain tas keranjang dari kulit bambu dan rotan, anyaman tikar pandan dan kain tenun yang disebut Songke.
Penti adalah ritual khusus bagi masy Wae Rebo, yaitu tahun baru bagi penanggalan mereka (bulan berdasar dari suara-suara alam (burung) dan tumbuhan) atau juga bertepatan dengan beralihnya musim kemarau ke musim penghujan sehingga sangat tepat utk dimulainya musim tanam di kebun. Semua yang berkaitan dengan kehidupan orang Wae Rebo akan diupacarakan, seperti mata air, tanah/kebun, benda pusaka (kendang, dsb), kampung (compang) dan rumah adat (Mbaru Tembong/Niang).
Like dan Compang (pusat kampung)
Caci, yaitu pertarungan antar pemuda kampung menggunakan pakaian perang dan senjata cambuk + tameng juga akan digelar hanya pada saat Penti ini. Anda yg ingin mencoba utk bercaci ria, sangat dipersilahkan, tetapi jangan memilih lawan dari pihak Wae Rebo, karena mereka dengan sangat sadar akan mengeluarkan semua kemampuannya. Caci, akan diiringi musik dari kendang-kendang pusaka yang akan dimainkan di Like, pelataran/teras dari susunan batu-batu besar yg terletak di depan Mbaru Tembong. Hanya pada saat ini kendang-kendang pusaka bisa dibawa keluar dari Mbaru Tembong.
Utk yang memiliki keperluan pribadi yg ingin didoakan secara ritual oleh masy Wae Rebo, sangat dipersilahkan, misal akan memulai hidup baru dengan pasangannya, akan bersekolah lebih lanjut, minta keselamatan, dsb. Biasanya akan dipotongkan ayam berbagai warna, sesuai dengan tujuannya.
Yang ingin belajar singkat bagaimana orang Manggarai membuat Lingko/Mbaru Tembong, nanti akan kita minta para tetua untuk menunjukkannya.
Suasana berkumpul di Mbaru Tembong.
Wae Rebo saat bulan purnama :)
Gambaran rute perjalanan ke Wae Rebo.
1st Day - Friday, November 12th 2010
Denpasar -Labuan Bajo (Merpati) (12.00 - 13.30) (428.000 & airport tax 30.000)
Airport to travel agent (ojek) (5.000)
Labuan Bajo - Ruteng (travel) 14.00 - 19.00 (60.000)
Dinner at Ruteng (15.000)
Night at Ruteng (hotel/motel) (100.000-150.000)
TOTAL = 688.000
2nd Day-Saturday, November 13th 2010
Breakfast at Ruteng (07.00- 08.00) (15.000)
Visit Ruteng Puu (Awal mula kota Ruteng, 15 minutes from Ruteng) (ojek) (08.00 - 09.30) (5.000)
Lunch at Ruteng (11.00 - 12.00) (15.000)
Ruteng - Kombo (truk) (12.00 - 18.00) (25.000)
Dinner n night at Kombo (villager’s house) (xxxxxx)
TOTAL = 60.000
3rd Day-Sunday, November 14th 2010
Breakfast at Kombo (06.30 – 07.30)
Kombo to Denge (ojek) (07.30- 07.45) (5.000)
Denge - Wae Rebo (walk walk walk!!! ) (08.00 - 13.00) (need porter? Xxxxxx)
Welcoming by Wae Rebo people (upacara adat penerimaan tamu, potong ayam) (50.000, utk membeli ayam)
Night at Wae Rebo (xxxxxx)
TOTAL = 55.000
4th Day-Monday, November 15th 2010
Penti, spend whole day in Wae Rebo, night at Wae Rebo (xxxxxx)
TOTAL = xxxxxxx
5th Day-Tuesday, November 16th 2010
Breakfast at Wae Rebo
Penti
Lunch at Wae Rebo
Wae Rebo -Denge (walk walk walk) 12.00 - 18.00 (need porter? Xxxxxx)
Denge - Kombo (ojek) (18.00 - 18.30) (5.000)
Dinner n night at Kombo (villager’s house) (xxxxxx)
TOTAL = 5.000
6th Day-Wednesday, November 17th 2010
Kombo to Pela (truk) (04.00 - 12.00) (25.000)
Lunch at Pela (12.00 - 13.00) (15.000)
Pela to Labuan Bajo (travel) (13.00 - 18.00) (60.000)
Dinner at Labuan Bajo (15.000)
Night at Labuan Bajo (hotel/motel) - Bajo Hotel (100.000-150.000)
TOTAL = 265.000
7th Day-Thursday, November 18th 2010
Breakfast at Labuan Bajo (07.00-08.00) (15.000)
walk arround Labuan Bajo (08.00-12.00) (xxxxx)
Lunch at Labuan Bajo (12.00-13.00) (15.000)
Hotel to Airport (ojek) (13.00-13.30) (5.000)
Labuan Bajo - Denpasar (Merpati) (15.15-16.45) (428.000 & airport tax 25.000)
TOTAL = 488000
TOTAL = 1.561.000
(nb : xxxxxx : porter, kebutuhan pribadi, donasi sukarela, dsb)
Di Flores, transportasi adalah hal yang paling krusial, jika menggunakan transportasi umum harap maklum untuk jadwalnya yg tidak menentu, sehingga akan banyak menghabiskan waktu. Perkiraan jika menggunakan transportasi umum :
Labuan Bajo - Ruteng by travel : 5 - 6 jam, hampir setiap 1 jam akan ada travel rute ini.
Ruteng - Dintor/Kombo - Ruteng by truk (adalah angkutan massal berupa truk yang bak belakangnya ditutup tenda, jarak antar tempat duduk sangat ngepas dengan lutut kita dan semua barang bisa masuk, sampai hewan peliharaan semacam babi, dkk, berapapaun jumlah calon penumpang yang didapat akan terus dinaikkan, walau harus beratapkan langit, alias di atas tenda, jadi bersiaplah ;))
Pela dan gambaran truk yang akan kita tumpangi :)
Truk yg beroperasi dgn rute Ruteng - Dintor hanya 1 - 2 armada, sehingga jadwal truk Ruteng/Pela - Dintor/Kombo sangat terbatas, jika terlewat sekali, berarti harus menunggu esok harinya, yaitu :
Dintor - Ruteng, Subuh, 04.00 - 12.00, akan banyak berhenti disetiap desa yg dilalui.
Ruteng - Dintor, Siang, 13.00 - 19.00/20.00, sama, akan banyak berhenti di setiap desa yg dilalui.
Jika peserta mencapai 4-7 orang, sebaiknya kita rental mobil, ini akan lebih mempersingkat waktu, dan semua agenda dapat berubah banyak.
Perhitungan waktu jika menggunakan jasa rental :
Labuan Bajo - Pela : 4 - 5 jam
Pela - Kombo/Denge : 3 jam
Ongkos rental mobil di Flores (jenis kijang kapsul, APV, dsb) berkisar antara 750.000 - 1.000.000/hari.
Jika tetap memakai jadwal penerbangan yg sama (12-18 Nov) banyak tempat yg bisa kita kunjungi, misal :
Berburu Lingko, kebun orang Manggarai yg berbentuk jaring laba-laba di daerah sekitar Ruteng - Pela. Untuk mendapatkan view yang sangat-sangat jelas kita harus menggapai lever yang cukup tinggi, yaitu bukit-bukit yang berada disekitar kebun itu.
Todo, Kerajaan tua di Manggarai juga saudara tua dari Wae Rebo. Di Todo terdapat Mbaru Tembong yg sangat besar, diameter mencapai 25 meter. Juga terdapat kendang yg kulitnya berasal (konon) dari kulit perut/lambung seorang putri dari Raja Todo.
Mungkin juga di hari terakhir bisa trekking di Pulau Rinca, berburu dan diburu Sang Dragon :p
Mengenai tempat :
Labuan Bajo : Semua sudah tahu kan? :p
Pela : Kampung kecil, terletak diperlintasan jalan utama antara Labuan Bajo dan Ruteng. Salah satu jalan utk menuju Todo dan Wae Rebo.
Ruteng : Ibukota Kabupaten Manggarai, Flores, NTT.
Dintor : Kampung nelayan di pesisir selatan Manggarai.
Kombo : Kampung yang masyarakatnya juga warga Wae Rebo, terutama anak-anak yg bersekolah. Jadi tak ada beda antara masy Kombo dgn masy Wae Rebo.
Denge : Kampung terakhir yg dapat diakses kendaraan bermotor. Terdapat 1 homestay milik warga Wae Rebo, yg memang dikhususkan utk tamu menginap sebelum trekking ke Wae Rebo.
Para pewaris adat dan kehidupan.
Photos :
Wae Rebo : http://www.facebook.com/album.php?aid=58001&id=1042450263&l=069e6d754a
(Membangun) Mbaru Niang : http://www.facebook.com/album.php?aid=83625&id=1042450263&l=3d9430a269
...cukup sudah, kata-kata dan foto-foto tak kan berarti banyak, rasakanlah langsung...
cp :Yayak
e : akarpucuk@gmail.com
ph : 081338009174